Berkunjung ke museum Jawa Barat Sri Baduga
Sudah 11 tahun lebih saya tidak pernah bekunjung ke museum jawabarat Sri baduga Yang ada di deket lapangan Tegal Lega bandung. Dulu pas waktu SD sering sekali saya berkunjung ke museum tersebut even ketika waktu bulan puasa “ngabuburit”.
Sekarang setelah berkeluarga dan punya anak, pas liburan kali ini saya sempatkan jalan-jalan berkunjung ke museum tersebut…. dan SURPRISE saudara-saudara.. Ternyata setelah empat kali berganti walikota ( Ateng Wahyudi – Wahyu Hamidjaya – Aa ‘preman’ Tarmana – Dada Rosada) koleksi musem tersbut kok “gitu-gitu aja” sama seperti ketika saya SD 20 tahun yang lalu. Gak berubah dan tidak ada penambahan apaapun. Malah ada beberapa koleksi musem yang berkurang seperti replika kaki mulawarman dan prasasti batu tulis…
wah pada kemana neh koleksinya.. jangan sampai kejadian museum radiya pustaka solo yang kebobolan maling orang dalam terjadi di musem Sri Baduga ini. I hope not so…
Ngemeng-negemeng ruang aula audio visual museum tersebut sekarang sudah dikomersilkan jadi tempat acara pernikahan…ck ck ck… Hidup nikah! Hidup rakyat! Hidup Persib!
Neh bebrapa Screenshot foto kunjungan museum dengan bintang cilik Hanif my Son:
Di depan arca shiwa
di lokasi arca-arca
replika rumah penggede sunda jaman baheula
Alat-alat Degung kuno – Mirip acara uka-uka
hiihhh seyemmm
Written by isal
6 Juli 2008 pada 22:48
Ditulis dalam Indonesiana
Tagged with aa tarmana, ateng wahyudi, bandung, dada rosada, inhoftank, jawa barat, museum, museum sri baduga, persib, sri baduga, tegal lega, wahyu hamidjaja, walikota
3 Tanggapan
Subscribe to comments with RSS.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
Lestari Budaya dan lestari NKRI, ikatan bathin budaya dan aksara daerah, bukan pelestarian bahasa luar dan aksara luar negeri di bumi persada indonesia; melalui musem budaya di masing-mamsing daerah, berprogram evaluasi dan berkesinambungan, pemerhati budaya/LADN(horas mada.
marberang LR
2 September 2008 at 11:10
budaya ragam sesuai asal muasal anka didik bangsa, perlu di pak dalam satu pengajaran muatan lokal,” Cinta beraneka ragam budaya bangsa”, dan juga beasiswa untuk mahasiswa/i jurusan sastra dan budaya, serta donateur menetap pelestarian budaya ragam etnis suku bangsa di Indonesia,merdeka-horas.
marberang LR
2 September 2008 at 11:12
jika tak berubah meskipun walikota dah beberapa kali berganti…lalu apa yang dilakukan para abdi negara yang mengurus tentang permuseuman itu yah?
siapa siy yang urus? disbudpar?? hola… gimane niy, bapak dan ibu abdi negara…museum yang bisa dibanggakan oleh urang bandung inih tak akan berkembang dan tetap menjadi tempat yang kurang menarik untuk dikunjungi…(selain untuk studi tour atau tugas sekolah. hehehe)….
nurul
22 Desember 2009 at 20:20